Scroll untuk membaca artikel sob
OpiniKiriman Pembaca

Bahasa Ilmu Pengetahuan dan Krisis Kedalaman Intelektual Bangsa: Seruan untuk Mengarusutamakan Bahasa Inggris dalam Pendidikan Nasional

×

Bahasa Ilmu Pengetahuan dan Krisis Kedalaman Intelektual Bangsa: Seruan untuk Mengarusutamakan Bahasa Inggris dalam Pendidikan Nasional

Sebarkan artikel ini
Frederick Gustama Makagansa. (Foto: Dok. Pribadi)
Frederick Gustama Makagansa. (Foto: Dok. Pribadi)

Mereka adalah generasi intelektual yang menghidupi pemikiran dunia, bukan sebagai peniru, tetapi sebagai penafsir aktif. Mereka tidak hanya merdeka secara politik, tapi juga merdeka secara epistemologis.

Kini, bandingkan dengan generasi pascakemerdekaan:

  • Hanya 1 dari 10 mahasiswa yang benar-benar bisa membaca buku akademik dalam tanpa bantuan Google Translate.
  • Jurnal ilmiah di Indonesia didominasi oleh kutipan dari kutipan, bukan dari sumber primer.
  • Kebijakan publik disusun bukan berdasarkan riset global yang sahih, tetapi berdasarkan laporan lokal yang sempit dan lemah metodologi.

Kita telah merdeka, namun belum berdaulat dalam pikiran.

III. Bahasa Inggris: Bukan Ancaman, tapi Jembatan Pengetahuan

Kita perlu mengakhiri dikotomi palsu antara nasionalisme dan penguasaan bahasa asing. bukan penjajah baru. Ia adalah alat untuk membebaskan diri dari kebodohan dan isolasi global.

“To have another language is to possess a second soul.” – Charlemagne

Negara-negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Jepang, dan Uni Emirat Arab telah menetapkan sebagai instrumen utama transformasi ekonomi dan teknologi mereka. Mereka tetap bangga dengan bahasa ibu, tetapi tidak segan menjadikan bahasa Inggris sebagai bagian dari sistem , bahkan sejak taman kanak-kanak.

Baca Juga  Gubernur Dinilai Cuma Pencitraan, Ayi Waras Desak Temui Petani Langsung di Gudang Bulog

Di Indonesia, sebaliknya, bahasa Inggris masih dianggap pelengkap kurikulum. Sekadar pelajaran seminggu dua kali. Tanpa ekosistem. Tanpa strategi nasional. Tanpa visi.

IV. Seruan Kebijakan Nasional: Lima Pilar Revolusi Bahasa

Untuk mengatasi krisis ini, pengarusutamaan bahasa Inggris harus menjadi Gerakan Kebijakan Nasional. Lima pilar konkret yang harus diwujudkan:

  • Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua Resmi .
  • Setiap sekolah negeri dan swasta wajib menyediakan program bilingual berkualitas sejak usia dini.
  • Sertifikasi Nasional Guru Bahasa Inggris Berstandar Internasional.
  • Negara harus mendanai pelatihan guru bahasa Inggris secara besar-besaran, dengan pengiriman ke luar negeri atau pelatihan daring dengan kampus global.
  • Penerbitan Buku Akademik Asli dan Terjemahan Bermutu Tinggi.
  • Pemerintah mendanai proyek nasional penerjemahan dan penerbitan buku teks terbaik dunia.
  • Platform Pembelajaran Gratis Berbasis AI dan Multimedia.
  • Aplikasi belajar bahasa Inggris interaktif, gratis, dan bisa diakses seluruh rakyat, dari Papua sampai Aceh.
  • Insentif bagi Pelajar dan Institusi yang Menghasilkan Karya Ilmiah Berbahasa Inggris.
  • Jurnal ilmiah berbahasa Inggris dari kampus lokal diberi penghargaan, bukan dicurigai.
Baca Juga  Pendaftaran Koperasi Desa dan Aroma “Bagi-Bagi Jatah” Notaris

V. Kebijaksanaan sebagai Jalan Keluar

“Kebodohan adalah musuh utama kemerdekaan.” – Soekarno

Maka, jangan heran jika sistem pendidikan yang tidak membuka jalan menuju pengetahuan global hanya akan menghasilkan pemimpin yang miskin horizon, birokrat yang sempit wawasan, dan warga yang mudah dimanipulasi.

Bahasa adalah pembuka gerbang kebajikan intelektual. Ia adalah awal dari kesadaran. Kita hanya bisa menyerap etika Aristoteles, spiritualitas Rumi, strategi militer Sun Tzu, hingga model pembangunan Amartya Sen — jika kita paham bahasanya.

“The limits of my language mean the limits of my world.” – Ludwig Wittgenstein

VI. Akhirnya: Membangun Bangsa dengan Kedalaman

Kita tidak sedang bicara tentang mengganti bahasa ibu. Kita sedang membangun bangsa dengan kedalaman pengetahuan. Dengan kemampuan berbahasa Inggris, seorang bisa memahami teknologi irigasi terkini dari India, seorang nelayan bisa mengikuti perkembangan ekosistem laut dari jurnal Jepang, seorang siswa bisa menonton kuliah MIT dari desanya.

Baca Juga  Tolak Politik Uang

Bayangkan Indonesia 2045:

  • Anak-anak Papua membaca Rumi dalam bahasa asli,
  • Santri di pesantren menulis jurnal sains dalam bahasa Inggris,
  • Mahasiswa Aceh mengikuti debat filsafat eksistensial dengan mahasiswa Oxford,
  • Dan Indonesia menjadi produsen pengetahuan global, bukan sekadar konsumen.

Penutup: Saatnya Bertindak, Bukan Sekadar Berpidato

Mari jadikan penguasaan bahasa Inggris sebagai kebijakan nasional, sebagai program strategis lintas kementerian, dan sebagai gerakan budaya bangsa. Bukan karena kita ingin menjadi Barat, tapi karena kita ingin mengalahkan keterbelakangan dengan keberanian untuk memahami dunia.

“Bangsa yang besar bukan hanya yang berani mati untuk tanah air, tetapi juga berani belajar dalam bahasa dunia agar bisa hidup untuk masa depan.”

Bahasa Inggris adalah hak setiap anak Indonesia. Jangan biarkan mereka dibatasi hanya oleh kamus yang tidak pernah dibuka.

**Cek berita dan artikel terbaru kami dengan mengikuti saluran WhatsApp di :