Lapas Tahuna saat ini memiliki kapasitas 125 orang, dengan penghuni sebanyak 84 narapidana dan 20 tahanan titipan. Sebagian besar warga binaan terjerat kasus pelanggaran asusila.
Iskandar mengakui, sarana dan prasarana pembinaan di Lapas Tahuna masih terbatas. Meski begitu, pihaknya tetap menggelar berbagai kegiatan pelatihan, seperti pertukangan, pembuatan mebel, pengelasan, hingga perbaikan elektronik.
“Produk warga binaan ini sudah ada yang dijual. Mereka juga mendapat premi 15 persen dari hasil penjualan, misalnya mebel dan jasa cukur rambut. Semua hasilnya dimasukkan ke buku tabungan masing-masing, yang nantinya bisa menjadi modal saat mereka bebas,” ujarnya.
Ia pun berharap, masyarakat dapat menerima kembali mantan warga binaan tanpa stigma negatif.
“Hukum masyarakat dan sanksi sosial itu sebenarnya yang paling berat. Jadi ketika mereka kembali, tolong terima mereka sebagai bagian dari kita,” tegas Iskandar.