Gotimes.id, Gorontalo – Nilai impor Provinsi Gorontalo pada bulan September 2024 tercatat mencapai 1.134.050 Dolar Amerika. Impor tersebut didominasi oleh komoditas bahan bakar mineral (HS 27) dan mesin serta peralatan mekanik (HS 84). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, Mukhammad Mukhanif, memaparkan angka ini dalam konferensi persnya.
“Pada bulan September, impor terbesar berasal dari Korea Selatan dengan nilai mencapai 1.030.000 Dolar, sedangkan dari Tiongkok sebesar 104.050 Dolar,” kata Mukhanif. Minggu (3-11).
Angka ini menunjukkan perubahan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, Agustus 2024, di mana impor dari Tiongkok tercatat sebesar 342.550 Dolar dan dari Malaysia mencapai 1.113.546 Dolar.
Mukhanif juga menjelaskan bahwa total nilai impor Provinsi Gorontalo sepanjang periode Januari hingga September 2024 mencapai 26.672.418 Dolar Amerika. Sumber impor utama selama periode tersebut adalah Australia dengan nilai tertinggi sebesar 16.922.750 Dolar, disusul Tiongkok sebesar 5.387.824 Dolar, Malaysia 2.159.263 Dolar, Singapura 1.172.581 Dolar, dan Korea Selatan 1.030.000 Dolar.
Dalam kesempatan tersebut, Mukhanif menyebutkan bahwa peningkatan impor bahan bakar dan peralatan mekanik ini sejalan dengan kebutuhan industri dan pembangunan infrastruktur di Provinsi Gorontalo.
“Impor bahan bakar mineral dan peralatan mekanik ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi, khususnya di sektor energi dan industri yang memerlukan bahan baku dan alat berat,” jelasnya.
Selain itu, adanya variasi dalam negara asal impor menunjukkan ketergantungan Gorontalo pada berbagai negara dalam memenuhi kebutuhan industri.
“Ini adalah gambaran bahwa Provinsi Gorontalo terhubung dengan pasar internasional dalam hal perdagangan, yang juga membawa peluang bagi perekonomian daerah,” tambah Mukhanif.
Mukhanif menambahkan bahwa angka impor yang tinggi dapat menjadi indikator positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dengan produk-produk lokal agar perekonomian tetap stabil.
“Dalam jangka panjang, kita berharap ketergantungan pada impor dapat dikurangi dengan pengembangan industri lokal,” tutup Mukhanif.