Opini oleh: Frederick Gustama Makagansa
Gotimes.id, Kepulauan Sangihe – Dunia terus bergerak cepat. Dalam satu kejapan mata, kehidupan bisa berubah. Itulah yang tergambar dari peristiwa tragis yang melibatkan mantan Kepala Menteri Gujarat, Vijay Rupani, yang dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Air India. Sebelum kejadian, Rupani sempat mengirimkan lagu berjudul “Don’t Forget to Remember Me” kepada sang istri. Sebuah pesan sederhana namun menyentuh, yang kemudian menjadi simbol perpisahan dan cinta terakhir.
Tragedi ini bukan hanya mengguncang keluarga, tetapi juga menyentuh nurani kolektif masyarakat, terutama di India. Para kader Partai Bharatiya Janata di Gujarat menyebut bahwa pesan terakhir Rupani bukan sekadar romantisme personal, tetapi sebuah pengingat akan pentingnya menyadari dan menghargai hidup setiap hari.
Cinta sebagai Energi Kehidupan
Pengalaman ini mengajak kita merenung: apakah kita sudah benar-benar hidup atau hanya menjalani hari demi hari tanpa kesadaran penuh? Dalam berbagai filsafat kuno, cinta disebut sebagai energi kehidupan yang menghubungkan manusia satu sama lain, bahkan melampaui batas kematian.
Dalam filsafat Hindu, cinta yang murni dikenal sebagai prema, sebuah bentuk kasih yang menghubungkan jiwa dengan Brahman, sumber kehidupan. Sementara itu, Lao Tzu pernah berkata, “Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.” Ungkapan serupa datang dari penyair sufi Rumi: “Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form.”
Cinta, dalam segala bentuknya, menjadi alasan manusia untuk hadir sepenuhnya dalam kehidupan. Ia menjadikan waktu yang fana terasa abadi.
Jangan Menunggu Kehilangan untuk Menghargai Kehadiran
Sayangnya, manusia sering menunda. Menunda untuk mencinta, menunda untuk hadir, dan menunda untuk memaafkan sebagai sampai kehilangan menjadi satu-satunya cara untuk menyadari nilai kehadiran.
Filsuf Stoik Marcus Aurelius mengingatkan, “You could leave life right now. Let that determine what you do and say and think.” Sementara ajaran Buddha menekankan, “The trouble is, you think you have time.” Dua kutipan ini menegaskan bahwa hidup tidak pernah menunggu. Yang tidak kita lakukan hari ini, bisa menjadi sesal esok hari.
Karena itu, mencintai, bersyukur, dan hadir sepenuh hati adalah tindakan yang tidak boleh ditunda. Setiap hari adalah kesempatan untuk hidup dengan makna.
Damai Dimulai dari Diri Sendiri
Kita tidak harus menjadi pejabat, tokoh agama, atau pemimpin untuk membawa damai. Setiap individu bisa menjadi agen kedamaian melalui tindakan sederhana: memaafkan lebih cepat, mendengarkan lebih dalam, mengucapkan cinta lebih sering, dan hadir dengan sepenuh hati dalam pertemuan sehari-hari.