Di sinilah letak masalahnya. Bukan pada pribadi Wabup, melainkan pada tidak transparannya alur komunikasi dan lemahnya koordinasi di lingkup birokrasi. Jika prosedur berjalan sebagaimana mestinya, tidak mungkin terjadi kekaburan seperti ini.
Respons sebagian pihak yang justru membela sosok tertentu dan cenderung menyalahkan kritik, hanya memperkeruh suasana. Kritik yang sehat seharusnya disikapi dengan kedewasaan, bukan dengan pembelaan emosional atau pencitraan sepihak.
Kritik dan otokritik adalah mekanisme penting dalam pemerintahan yang demokratis dan terbuka. Ketika kritik dibalas dengan penyangkalan, komunikasi publik menjadi buntu. Padahal, keberhasilan birokrasi bukan hanya diukur dari citra personal, melainkan dari proses pelayanan yang transparan, responsif, dan akuntabel.
Kami percaya bahwa membangun pemerintahan yang baik tidak bisa hanya mengandalkan popularitas individu, tetapi dengan membenahi sistem dan memperkuat budaya keterbukaan. Dan satu hal yang patut diingat: mempertahankan kepercayaan jauh lebih sulit daripada memperolehnya.