“Karena kondisi hujan, alat ini dinaikkan. Pengalaman sebelumnya ada yang terdampak luapan air sungai,” kata beberapa warga yang melintas di lokasi.
Di lokasi pertambangan tersebut, awak media menemukan dua mesin alkon lengkap dengan selang, jerigen berisi bahan bakar, beberapa pakaian pekerja yang digantung, serta peralatan menggali. Sayangnya, saat media melakukan penelusuran, tidak ada pekerja yang ditemui. Warga setempat menjelaskan bahwa para pekerja biasanya mencari tempat yang aman saat hujan dan kembali bekerja menjelang malam hari.
Fenomena ini sangat mengkhawatirkan, karena selain penggunaan alat berat, pengolahan emas ilegal ini juga melibatkan proses pengolahan menggunakan tromol dan tong. Selain itu, bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida yang digunakan dalam proses tersebut dapat menambah dampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Terkait dengan persoalan ini, awak media menemui Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Tamrin Sirajudin, untuk berdiskusi lebih lanjut. Tamrin menyatakan bahwa pihaknya sudah menerima informasi mengenai aktivitas pertambangan ilegal dan penggunaan zat berbahaya tersebut.
“Kami masih akan mendalami lebih lanjut, dan ini adalah persoalan yang perlu diseriusi,” tandasnya.