Kebaya telah dikenal sejak abad ke-15, terutama di lingkungan kerajaan dan kalangan bangsawan Jawa. Seiring perkembangan zaman, desain dan bahan kebaya turut mengalami transformasi, menyesuaikan dengan selera estetika tanpa meninggalkan nilai tradisional.
Secara umum, kebaya dibuat dari bahan brokat, sutra, atau katun halus. Potongannya mengikuti lekuk tubuh namun tetap sopan, dengan bagian depan yang terbuka dan kancing di tengah atau samping. Busana ini biasanya dipadukan dengan kain batik, songket, atau tenun sebagai bawahan, mencerminkan keharmonisan budaya.
Beragam Jenis Kebaya
Di berbagai daerah, kebaya hadir dalam berbagai jenis dan ciri khas, antara lain:
- Kebaya Kartini
Bergaya klasik dengan kerah tinggi dan lengan panjang. Mewakili kesederhanaan dan kekuatan perempuan, terinspirasi dari RA Kartini. - Kebaya Encim
Memiliki kerah V dan bordir halus. Kebaya ini memadukan budaya Tionghoa dan Betawi sebagai bentuk akulturasi. - Kebaya Kutu Baru
Ditandai dengan kain pengikat di bagian dada. Sering digunakan pada acara formal dan adat. - Kebaya Janggan
Desainnya panjang dan tertutup, berasal dari Jawa. Umumnya dipakai pada acara resmi atau keraton. - Kebaya Bali
Potongannya simpel namun sarat makna spiritual. Biasanya dikenakan saat upacara keagamaan dan dipadukan dengan kain songket serta selendang. - Kebaya Sunda
Terbuat dari brokat atau tile dengan detail renda dan payet. Kerap digunakan dalam upacara pernikahan adat Sunda.
Perayaan Hari Kebaya Nasional menjadi momen penting untuk mengapresiasi keragaman dan keindahan busana tradisional Indonesia. Melalui pelestarian kebaya, diharapkan generasi muda lebih mencintai dan bangga terhadap budaya bangsa.













