Senada dengan itu, pelatih lari profesional Syahrul menambahkan bahwa lari mampu mengaktifkan organ-organ tubuh, serta berkontribusi terhadap kesehatan mental.
“Membuat organ di dalam tubuh lebih aktif dan membuat pikiran lebih positif,” kata coach Syahrul.
Captain komunitas lari Teman Kumparan Running Club, Yaman, juga menilai lari sebagai bentuk terapi stres. Ia menyebut saat berlari, tubuh melepaskan hormon endorfin—senyawa kimia alami yang mampu memperbaiki suasana hati.
“Manfaat lari bagi saya yaitu sebagai stress healing, karena tubuh melepaskan endorfin,” tutur Yaman.
Pendapat ini sejalan dengan keterangan David Linden, Ph.D., profesor ilmu saraf dari Johns Hopkins University. Dalam Hopkins Medicine, Linden menyatakan bahwa olahraga memiliki efek antidepresan yang kuat dan mampu menumpulkan respons stres di otak.
Tak hanya itu, bagian otak yang berperan dalam memori dan pembelajaran (hipokampus) juga mengalami peningkatan volume pada individu yang rutin berolahraga. Manfaatnya, suasana hati membaik, daya ingat meningkat, dan kemampuan fokus pun lebih tajam.
Kesimpulannya, lari tidak hanya bermanfaat untuk menurunkan berat badan, tetapi juga berdampak besar terhadap kesehatan jantung, fungsi organ, hingga kondisi mental dan emosional. Maka tak heran, olahraga ini terus digemari berbagai kalangan untuk menunjang gaya hidup sehat.