GoTimes.id, Gorontalo – Dugaan kelalaian dalam komunikasi dan pembinaan mencuat di SMP Muhammadiyah 1 Gorontalo dan Pondok Pesantren At-Tanwir. Hal ini diungkap oleh Fajri Yusuf, orangtua dari Ratu Muzdalifah Yusuf, siswi kelas VII.1, yang mengaku kecewa berat atas perlakuan pihak sekolah terhadap anaknya.
Fajri menyampaikan bahwa dirinya baru diberi tahu soal permasalahan akademik dan perilaku anaknya ketika waktu pembagian rapor sudah dekat, yakni pada Kamis, 26 Juni 2025. Dalam pertemuan di ruang kepala sekolah, ia diberi pilihan mengejutkan, anaknya naik kelas secara bersyarat atau secara tidak langsung dikeluarkan/pindah dari sekolah.
“Kami tidak pernah diberi informasi apa pun sejak awal semester. Tiba-tiba anak kami dikatakan tidak layak naik kelas dan diberi opsi yang sangat berat. Ini bentuk kegagalan komunikasi dan pembinaan,” kata Fajri saat diwawancarai, Sabtu (28-6).
Ia menambahkan bahwa keputusannya menyekolahkan anak di SMP Muhammadiyah 1 Boarding School dan menitipkan di Pondok At-Tanwir semata karena keyakinan terhadap kualitas lembaga. Namun yang terjadi, menurutnya, justru sebaliknya.
“Kami serahkan anak kami sepenuhnya ke sekolah dan pondok. Tapi ternyata tidak ada komunikasi yang sehat. Bagaimana bisa lembaga sebesar ini mendiamkan masalah selama satu semester penuh,” ujarnya.
Fajri membantah tudingan bahwa anaknya mencuri buku. Menurutnya, peristiwa itu terjadi di awal semester pertama, ketika anaknya menyimpan buku temannya yang diletakkan sembarangan. Insiden itu sempat dianggap pencurian oleh pihak pondok, namun sudah diklarifikasi dan diselesaikan setelah ia datang langsung ke pesantren.
“Itu sudah selesai sejak semester satu. Kami sudah datang dan komunikasikan baik-baik. Tapi kenapa diungkit lagi seolah itu alasan anak kami tidak naik kelas,” tegasnya.
Fajri mempertanyakan kenapa tidak ada pemberitahuan sama sekali dari pihak sekolah maupun pondok selama semester dua, padahal kasus serupa di semester satu bisa selesai dengan komunikasi.
“Kalau memang ada masalah baru, kenapa tidak dikabari dari awal? Kenapa tunggu sampai akhir semester lalu langsung jatuhkan sanksi? Ini tidak adil dan tidak profesional,” ujarnya.
Ia menyebut sistem boarding school semestinya memberi ruang pembinaan, bukan hanya menumpuk masalah lalu menyalahkan siswa di akhir.
Pihak sekolah melalui Kepala SMP Muhammadiyah 1 Gorontalo, Sarjan Kiayi, mengklaim telah melakukan komunikasi dengan orang tua. Ia menyebut undangan kepada Fajri dilakukan untuk membahas capaian pembelajaran yang belum tuntas.