Scroll untuk membaca artikel sob
Pasang Iklan
Kesehatan

Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kasus Kanker Ovarium Tertinggi di Dunia

×

Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kasus Kanker Ovarium Tertinggi di Dunia

Sebarkan artikel ini
Foto: Ilustrasi Kanker (Photo by Ave Calvar Martinez via pexels)
Foto: Ilustrasi Kanker (Photo by Ave Calvar Martinez via pexels)

GoTimes.id Indonesia termasuk dalam daftar 10 negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, tercatat 15.130 kasus baru setiap tahun di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 9.673 jiwa.

Namun rendahnya kesadaran masyarakat membuat sebagian besar kasus baru ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. , terutama jenis epitelial yang berkembang di lapisan luar ovarium, sering kali tidak terdeteksi karena gejala awalnya sangat umum, seperti perut kembung, nyeri panggul, atau gangguan pencernaan.

Baca Juga  Studi Ungkap Asam Urat Lebih Dipicu Genetik Ketimbang Gaya Hidup

“Gejala awalnya sering dianggap biasa, sehingga baru diperiksa saat sudah parah. Padahal, kanker ovarium adalah penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi,” kata dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, dalam keterangan pers, Jumat (25/7/2025).

Baca Juga  Dokter Ingatkan Pentingnya Jaga Kesehatan Tulang Sejak Muda untuk Masa Tua yang Mandiri

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ovarium meliputi riwayat keluarga, BRCA1/BRCA2, obesitas, tidak pernah hamil, hingga menopause yang terlambat. Risiko juga meningkat seiring bertambahnya usia.

Sayangnya, hingga kini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat untuk . Meskipun pemeriksaan seperti USG transvaginal dan tes CA-125 dapat membantu, keduanya belum cukup efektif untuk mendeteksi kanker ovarium secara luas.

Baca Juga  Penelitian: Kehidupan Seksual yang Sehat Dapat Bantu Atasi Asam Urat

“Tanpa yang tepat, pasien harus menjalani operasi besar dan kemoterapi. Tapi lebih dari itu, risiko kekambuhan tetap tinggi bahkan hingga 70% dalam tiga tahun pertama setelah ,” jelas dr. Yusuf.

**Cek berita dan artikel terbaru kami dengan mengikuti saluran WhatsApp di :