Scroll untuk membaca artikel sob
BeritaNasional

Filosofi Logo HPN 2025: Simbol Identitas, Keteguhan, dan Profesionalisme Pers

×

Filosofi Logo HPN 2025: Simbol Identitas, Keteguhan, dan Profesionalisme Pers

Sebarkan artikel ini
Logo Hari Pers Nasional (HPN) 2025
Logo Hari Pers Nasional (HPN) 2025

Gotimes.id, Banjarmasin – Hari Pers Nasional (HPN) 2025 mengusung tema “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”, menegaskan peran strategis jurnalisme dalam mendukung sistem pangan berkelanjutan. Perayaan tahun ini akan berlangsung di Kalimantan Selatan, yang juga mengangkat subtema “Kalsel Gerbang Logistik Kalimantan”, mencerminkan peran provinsi tersebut dalam pengembangan kawasan dan logistik di Pulau Kalimantan. Minggu (9-2).

Filosofi Logo HPN 2025
Logo HPN 2025 mengusung ikon bekantan—primata khas Kalimantan—yang mengenakan laung atau ikat kepala khas Banjar dan pakaian adat berbahan beludru. Setiap elemen dalam logo ini memiliki filosofi mendalam:

  • Laung melambangkan identitas dan kebanggaan masyarakat Banjar.
  • Motif galung pancar matahari pada pakaian mencerminkan keteguhan dan keberuntungan.
  • Ornamen naga dan kelabang menggambarkan kekuatan.
  • Sabuk intan menjadi simbol kekayaan alam Kalimantan Selatan.
  • Seikat padi di tangan kiri bekantan melambangkan peran pers dalam mendukung ketahanan pangan.
  • Pena di tangan kanan mencerminkan semangat pers dalam menjunjung kebebasan dan profesionalisme.
Baca Juga  Jessica Wongso Tolak Ahli Jaksa di Sidang PK

Sejarah Hari Pers Nasional
Hari Pers Nasional diperingati setiap 9 Februari, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985 yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto. Gagasan HPN pertama kali muncul dalam Kongres PWI ke-28 di Padang, Sumatera Barat, pada 1978. Setelah melalui berbagai pertimbangan, pada 1985 pemerintah resmi menetapkan tanggal 9 Februari sebagai perayaan nasional pers.

Baca Juga  Pensiunan PNS Siap-Siap, Gaji ke-13 Cair Juni 2025

Sepanjang sejarahnya, pers Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tekanan di era kolonial, pembatasan kebebasan di masa Orde Baru, hingga isu independensi di era reformasi. Meski demikian, HPN tetap menjadi momentum refleksi bagi insan pers dalam menjaga kebebasan pers dan profesionalisme jurnalistik.

Baca Juga  Bareskrim Polri Gagalkan 4 Modus Penyelundupan dalam 3 Bulan Terakhir

Namun, HPN tidak luput dari kritik. Beberapa kelompok menyebutnya sebagai warisan Orde Baru dan mengusulkan alternatif lain, seperti Hari Pers Indonesia atau Hari Jurnalis Indonesia. Sejarawan Asvi Warman Adam bahkan mengusulkan kompromi dengan menjadikan Januari sebagai Bulan Pers Nasional.

Terlepas dari berbagai dinamika tersebut, HPN tetap menjadi ajang penting bagi insan pers untuk terus memperjuangkan kebebasan, profesionalisme, dan integritas jurnalistik demi kepentingan masyarakat dan kemajuan bangsa.

**Cek berita dan artikel terbaru kami dengan mengikuti saluran WhatsApp di :