Gotimes.id, Kepulauan Sangihe — Meskipun memiliki potensi besar sebagai daerah penghasil ikan, Kabupaten Kepulauan Sangihe hingga kini belum mampu merealisasikan ekspor ikan secara berkelanjutan. Dua kali ekspor sebelumnya, masing-masing ke Jepang dan Filipina, hanya berakhir pada seremoni tanpa kelanjutan konkret.
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPP MHKP) Tahuna, Geric Lumiu, mengungkapkan bahwa Kabupaten Kepulauan Sangihe, khususnya Tahuna, termasuk dalam sembilan daerah yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalin kerja sama ekspor dengan negara lain.
“Kalau ditanya apakah Tahuna siap jadi daerah pengekspor ikan, saya jawab siap. Tapi ada sejumlah hal penting yang harus dipersiapkan,” ujar Geric, Sabtu (14-6).
Ia menjelaskan bahwa proses ekspor sebelumnya memerlukan waktu cukup panjang, melibatkan berbagai pihak lintas sektor, termasuk perwakilan Indonesia di Filipina dan pihak pembeli (buyer). Salah satu faktor penentu keberhasilan ekspor adalah mutu ikan, mulai dari penanganan pasca-tangkap hingga proses pengepakan.
“Yang paling utama diperhatikan adalah mutu ikan. Mulai dari penanganan pasca tangkap, kualitas daging, deteksi bakteri, hingga pengemasan dan suhu selama pengiriman,” jelasnya.
Untuk mendukung pemeliharaan mutu, BPP MHKP Tahuna telah melakukan pelatihan bagi kru kapal agar mereka memiliki sertifikasi standar ekspor. Selain itu, pengurusan seluruh dokumen mutu juga dapat difasilitasi langsung di kantor BPP MHKP Tahuna.
Lebih lanjut, Geric menyampaikan bahwa saat ini sudah ada investor yang masuk ke Tahuna dan sedang mengurus dokumen kerja sama ekspor. Sebagai bentuk inovasi, pihaknya juga telah meluncurkan JETSKI (Jaket Tuna Solusi Tingkatkan Mutu Ikan), sebuah metode pengepakan baru yang lebih efisien.