Salah satu kendala utama menurut Marthin adalah fasilitas penunjang di kapal penangkap ikan yang belum memadai. Banyak kapal berukuran kecil sehingga suhu penyimpanan tidak optimal.
“Karena suhunya tidak terjaga dengan baik, kualitas ikan menurun dari grade A menjadi grade C. Ini sangat berpengaruh karena ada kandungan dalam ikan tuna yang jika tidak ditangani dengan benar bisa menyebabkan reaksi alergi pada konsumen,” jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa kesepakatan harga dengan pihak buyer juga belum tercapai, yang menjadi hambatan tersendiri dalam keberlangsungan ekspor.
Meski demikian, pemerintah daerah telah menyiapkan fasilitas pendukung berupa cold storage berkapasitas 210 ton yang berlokasi di Dagho, sebagai langkah awal memperkuat rantai pasok perikanan.
“Kami terus berupaya memperbaiki infrastruktur dan menjalin komunikasi dengan berbagai pihak agar ekspor ikan dari Sangihe bisa berkelanjutan dan kompetitif di pasar internasional,” pungkas Marthin.