GoTime.id, Gorontalo — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memberikan dukungan teknis kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam penguatan surveilans faktor risiko penyakit akibat virus Hanta. Langkah ini merupakan respon terhadap temuan kasus yang menunjukkan gejala klinis mirip Leptospirosis, Demam Berdarah Dengue, Tifoid, dan Rickettsiosis.
“Penyakit virus Hanta adalah infeksi emerging yang perlu diwaspadai, terutama dengan adanya laporan kasus Leptospirosis sejak 2024 dan temuan tikus di sekitar rumah pasien,” ujar Chita Septiawati dari Tim Surveilans Penyakit Infeksi Emerging Kemenkes RI, Sabtu (13/9/2025).
Sebagai tindak lanjut, Kemenkes menggelar kegiatan sosialisasi untuk klinisi, pelatihan pengambilan spesimen paru tikus, pendampingan laboratorium, dan analisis data yang berpotensi mengarah pada kasus Hanta. Kegiatan tersebut berlangsung pada 10–12 September 2025 di Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melalui Kabid P2P, Jeane Dalie, mengapresiasi dukungan tersebut. Ia menegaskan pentingnya kesiapan tenaga kesehatan dalam melakukan deteksi dan pemeriksaan spesimen tikus sebagai langkah antisipatif.
Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota, RSUD Aloei Saboe, Balai Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga, Balai Kekarantinaan Kesehatan, dan RSPI Sulianti Saroso.