Gotimes.id, Jakarta – Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Dr. Teguh Santosa, kembali menegaskan eksistensinya di dunia intelektual dengan meluncurkan buku terbaru berjudul “Reunifikasi Korea: Game Theory”. Buku ini mengupas tuntas strategi geopolitik dan dinamika konflik di Semenanjung Korea melalui pendekatan teori permainan (game theory). Yang berlangsung di Hall Dewan Pers, Jakarta Pusat. Selasa (18-2).
Peluncuran buku ini dihadiri oleh sejumlah tokoh politik serta nasional. Hadir dalam acara tersebut Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Jurubicara Presiden ke-6 RI Andi Mallarangeng, Faizal Akbar, Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi, dan Hendri Satrio.
Buku ini merupakan pengembangan dari disertasi Teguh di Program Doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Sebagai jurnalis berpengalaman yang telah meliput berbagai konflik internasional, Teguh mengemas buku ini dengan bahasa yang mudah dipahami, bahkan bagi kalangan awam.
Dalam sesi diskusi, Teguh mengisahkan pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di Pyongyang, Korea Utara. Ia mengaku merasakan sensasi aneh, seolah berada di dunia yang dikendalikan sepenuhnya.
“Saat saya sampai di Pyongyang, saya melihat kota yang bersih, jalanan rapi, taman terawat, dan warga yang tampak bahagia. Seketika saya teringat film The Truman Show, yang menceritakan seorang pria hidup di dunia buatan tanpa menyadari bahwa semua di sekelilingnya sudah diatur. Saya pun berpikir, apakah ini semua memang nyata atau sekadar ingin membuat saya terkesan?” ujar Teguh, disambut tawa hadirin.
Kesan pertama itu membuatnya semakin yakin bahwa Korea Utara memiliki cara unik dalam menampilkan citra negaranya kepada dunia luar. Namun, ia menegaskan bahwa buku ini bukan sekadar membahas Korea Utara, melainkan lebih luas, tentang masa depan reunifikasi Korea dan tantangan politik global yang melingkupinya.
Dalam buku ini, Teguh menyoroti bagaimana berbagai strategi politik justru lebih mengarah pada state solution, bukan reunifikasi yang selama ini digaungkan.